Rabu, 30 Mei 2012

RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


TUGAS AKHIR SEMESTER 
RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

Dosen
DR. Indriati Kusumaningrum,M.Pd

Oleh

NENENG YUYU ROHANA
NIM        : 1109868

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012






















KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.  Makalah ini berjudul “Rancangan Media Pembelajaran”.  Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapai tugas mata kuliah Media Pembelajaran.  Pada makalah ini penulis mendeskripsikan tentang teori pembelajaran, teori media pembelajaran dan bagaimana implementasi model ASSURE dalam suatu Kegiatan Pembelajaran.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembina mata kuliah DR. Idrati Kusumaningrum, M.Pd atas bimbingan dan tugas yang diberikan, sehingga bermanfaat dan menambah wawasan penulis, khususnya tentang merancang media pembelajaran.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai perancangan media pembelajaran.  Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini

           

            Pekanbaru, 27 Mei 2012
                       


                                                                                                Neneng Yuyu Rohana














    
BAB I
Landasan Teori

A.    TEORI PEMBELAJARAN
Teori pembelajaran mengkaji bagaimana seseorang belajar. Hal ini merupakan dasar atau landasan utama dalam pembelajaran. Teori pemlajaran merupakan salah satu faktor yang mempangaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan prilaku individu.
Rasmussen & Shivers (2003) menyatakan bahwa Desain Pembelajaran Berbasis WEB (DPBW) dilandasi 3 (tiga) teori belajar. Ketiga teori Pembelajaran itu adalah
1.      Teori belajar behavioristik
2.       Teori belajar kognitif
3.       Teori belajar konstruktivitik

1.      Teori Pembelajaran Behavioristik
Teori Pembelajaran Behavioristik berpandangan bahwa pokok persoalan psikologi ada pada tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas. Behaviorisme bergerak pada prinsip stimulus- respons. Teori ini menganggap bahwa seseorang peserta didik pada dasarnya pasif dan hanya menganggapi lingkungan dari luar dirinya. Ibarat selembar kertas putih adalah peserta didik, dan penguatan –penguatan yang akan mewarnainya. Penguatan positif yang akan menimbulkan efek pengulangan sedangkan penguatan negative akan menimbulkan efek jera. Prinsip – prinsip penting dalan teori behavioristik adalah :
-          Mementingkan faktor lingkungan
-          Menekankan pada faktor bagian
-          Menekankan pada tingkah laku yang Nampak dengan menggunakan metode objektif
-          Bersifat mekanis
-          Mementingkan masa lalu
Tokoh Aliran behaviorisme : John B.Watson, Ivan Pavlov, BF. Skinner, EL Thorndike, Bandura, Tolman. Menurut John Locke (1632-1704), pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”, warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pengetahuan. Ide dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman.  
            EL Thorndike (1874-1949), belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori ini disebut teori “connectiosm”. Eksperimen yang dihasilkannya menghasilkan teori Trial and Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial and Error adalah : adanya aktivitas, adanya respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasi terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum, yaitu Hukum Kesiapan, Hukum Latihan dan Hukum Akibat.
            Ivan Pavlov (1849-1936) menyatakan bahwa individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Pembelajaran menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi, pembelajaran  itu adalah adanya latihan dan pengulangan yang terjadi secara otomatis.
            Skinner (1904-1990) menganggap hadiah dan hukuman merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Teori ini menganjurkan guru untuk member penghargaan berbentuk hadiah atau nilai tinggi sehingga peserta didik lebih rajin. Teori ini juga diseut “operant conditioning”, yaitu suatu proses pengulangan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Prinsip pembelajaran Skinner :
-      Hasil pembelajaran harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah maka dibanarkan dan jika benar maka diberi penguatan
-    Proses pembelajaran harus mengikuti irama dri belajar, materi yang diberikan kepada peserta didik berupa modul
-       Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman
-        Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberikan hadiah.
Bandura (1925-…?)meyatakan bahwa tidak semua prilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Teori pembelajaran bandura adalah teori pembelajaran sosial yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru prilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori ini menjelaskan prilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara kognitif tingkah laku dan pengaruh ligkungan. Faktor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik dan motivasi.
Teori pembelajaran behavioristik mencakup Practice, reinforcement, punishment, active learning, shaping, modeling. Rasmussen & Shivers (2003) menatakan bahwa dua teori pembelajaran yang digunakan sebagai landasan teoritis DPBW adalah Classical conditioning  dan.  Classical conditioning  berfokus pada stimulus respond dan bagaiman agar stimulus dapat merubah respon. Operant Conditioning menekankan pada konsekuensi dari respon bukan stimulus.
Ciri-ciri dari teori behavioristik yang menjadi landasan dalam DPBW adalah :
-          Hasil pembelajaran terbentuk melalui mekanisme stimulus respon
-          Pengaruh lingkungan menjadi faktor penentu
-          Mengutamakan bagian-bagian
-          Mementingkn peranan reaksi
-          Mengandalkan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
-          Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
-          Hasil pembelajaran yang dicapai adalah munculnya prilaku yang diingnkan
Aplikasi teori behavioristik dalam DPBW adalah :
-       Materi Ajar Siap Saji (MASS) : DPBW seharusnya menyediakan bahan ajar yang sudah siap saji, sehingga peserta didik dapat mengakses kapan saja dan dimana saja. Dengan demikian konsekuensi kepada para guru yang menggunakan DPBW agar adapat menyiapkan bahan ajar dalam bentuk materi yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik disampaikan secara utuh oleh guru.
-     Instruksi Contoh Simulasi (ICS) : Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh. Rekomendasi ini sangat cocok dengan DPBW yang menggunakan konsep belajar jarak jauh, dimana materi ajar disajikan dengan singkat dan diperkaya dengan contoh-contoh.
-          Mulai Sederhana Sampai Kompleks (MSSK) : Penyususnan materi ajar dimulai dari yang paling mudah sampai pada materi yang kompleks.
-     Tujuan Dipecah Menjadi Kecil (TDMK) : Tujuan pembelajaran dibagi menjadi bagian kecil, setelah tujuan dicapa maka beralih ke tujuan berikutnya
-          Memperbaiki Kesalahan Sesegera Mungkin (MKSM) : memberikan evaluasi sesegera mungkin terhadap capaian hasil belajar peserta didik. Jika terdapat kesalahan harus segera diperbaiki dan diberitahukan kepada peserta didik.
-   Latihan Pengulangan Menjadi Kebiasaan (LPMK) : melakukan banyak pengulangan yang berorientasi lingkungan supaya prilaku yang diinginkan menjadi kebiasaan.
-    Penghargaan Positif Hukuman Negatif (PPHN) : memberikan penghargaan untuk penguatan positis dan hukuman untuk penguatan negatif.
-          Evaluasi Didasari Prilaku yang Tampak (EDPT) : evaluasi merupakan cara untuk mendapatkan umpan balik dalam pembelajaran. Pnilaian hasil pembelajaran berdasarkan perubahan prilaku yang tampak dan teramati.
-          Hasil Membentuk Prilaku yang Diinginkan (HMPD) : hasil yang diharapkan dari teori ini adalah terbentuknya prilaku yang diinginkan.

Kritik terhadap teori behavioristik :
-          Teori behavioristik memegang teacher center / berpusat pada guru
-          Terjadi ketidaksenangan dalam pembelajaran dengan adanya guru sebagai sentral, dan bersikap otoriter
-          Komunikasi berlangsung satu arah
-          Guru menentukan dan melatih apa yang harus dipelajari peserta didik.
-        Murid dipandang sebagai individu yang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan

2.      Teori Pembelajaran Kognitif
Teori ini berpendapat bahwa “kotak hitam” dari pikiran harus dibuka. Peserta didik dipandang sebagai prosesor informasi. Kognitivisme berfokus pada : aktivitas mental batin, proses mental seperti berfikir dan memecahkan masalah perlu dieksplorasi, pengetahuan dapat dilihat sebagai skema, dan belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam skema peserta didik. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa manusia tidak dapat deprogram seperti hewan yang harus merespon rangsangan dari lingkungan, manusia adalah makhluk rasional yang membutuhkan partispasi aktif untuk belajar dan bertindak sebagai konsekuensi dari berpikir. Perubahan perilaku diamati, tetapi hanya sebagai indikasi tentng apa yang terjadi di kepala peserta didik.
Para ahli dalam teori kognitif adalah Merril – Component Display Theory, Reigeluth – Elaboration Theory, Gagne, Briggs, Bruner, Schank – Script Theory, Scandura.
·         Information Processing Memory (J Bruner)
“Pembelajaran adalah mencari tau cara menggunakan apa yang telah anda ketahui untuk mendapatkan apa yang anda pikirkan saat ini”. Menurut Bruner pembelajaran adalah sebuah proses sosial yang aktif, dmana peserta didik membangun ide-ide atau konsep baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Selanjutnya Bruner mengatakan bahwa jika diberi organisasi yang tepat dan fasilitas yang baru, seseorang di usia berapapun bisa belajar. Menurut Bruner struktur pembelajaran lebih penting daripada sekedar menghafal fakta. Peserta didik harus mampu membuat hubungan antara konsep-konsep. Konsep dalam teori kogitif Bruner memberikan rekomendasi dalam DPBW, yaitu :
-          Proses mental
-          Membnagun ide baru berdasarkan schemata yang telah ada
-          Emmberikan kesempatan berpikir analitis
-          Berdasarkan tindakan
-          Berdasarkan image
-          Berdasarkan simbol
-          Pembelajaran bermakna
·         Component Display Theory – Merril
Menurut Merril (1983) CDT adalh sebuah kerangka anlisis untuk mengidentifikasi komponenkomponen strategi pembelajaran dalam berbagai macam tujuan pembelajaran dalam bentuk komponen strategi yaitu bentuk-bentuk presentasi primer, sekunder dan hubungan interdisplay.
·         Elabortion Theory – Reigeluth
Reigeluth (1999) berpendapat bahwa konten yang dipelajari harus diatur secara tertib dariyang sederhana sampai yang kompleks, sambil menyediakan konteks yang berrti dimana ide-ide berikutnya dapat diintegrasikan. Menurut Reigeluth, teori elaborasi memiliki nilai-nilai sebagai berikut :
1)      Nilai – nilai untuk pembelajaran yang dibuat seholistik mungkin, untuk memupuk makna dan motivasi
2)   Hal ini memungkinkan peserta didik dapat membuat urutan keputusan dan banyak ruang sendiri selama proses belajar
3) Pendekatan ini dapat memfasilitasi model yang cepat dalam proses pengembangan pembelajaran
4)   Dapat mengintegrasikan pendekatan ini untuk lingkup dan urutan pada teori desain yang koheren
Konsep dalam teori elaborasi yang dapat digunakan dalam DPBW adalah ;
1)      Pembelajaran dibuat berurutan dari yang sederhana sampai yang kompleks
2)      Urutkan konsep sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik
3)      Lakukan penyederhanaan terhadap konsep yang kompleks

·         Learning by Doing Theory – R. Schank
Inti dari argumenya adalah learning by doing akan selalu menjadi lebih efektif asalkan sistem pendidikan harus dirancang dengan benar. Pembelajaran dengan learning by doing memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan inovasi mandiri berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki. Menurut Schank learning by doing  sangat cocok untuk pelajaran yang memerlukan keterampilan. DPWB dengan pendekatan learning by doing direkomendasikan membuat rancangan dengan konsep :

1)      Melakukan
2)      Pemberian tugas yang berulang
3)      Membuat variasi
4)      Melakukan perbaikan terhadap kesalahan
5)      Memilih dan membuang yang tidak perlu

·         Stucture Learning Theory – Scandura
Menurut SLTfokus utama adalah bagaimana untuk memilih ranah masalah dan memilih struktur yang harus diketahui oleh peserta didik. Masalah dipecah menjadi komponen dasar yang biasanya disebut komponen atom dan bagian paling mendasar dari tingkat unsur tersebut, betul-betul merupakan bagian yang harus dipelajari peserta didik dan dijadikan sebagai ranah kompetensi.
SLT adalah teori kognitif berbasis sasaran yang spesifik. Scandura menyatakan bahwa SLT sangat berguna dalam pembelajaran individual. DPBW dengan konsep SLT seharusnya dapat dirancang dengan rekomendasi ;
1)      Lebih menekankan pada individu
2)      Menentukan inti kompetensi
3)      Materi dibuat dalam bagian kecil
4)      Pengintegrasian materi secara bertahap menuju tingkat yang lebih tinggi.

3.      Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme menyatakan bahwa pembelajaran aktif dalam konteks proses penyusunan pengetahuan. Pengetahuan disusun berdasarkan pengetahuan pribadi dan hipotesis dari lingkungan. Kontruktivisme mengnggap bahwa semua pengetahuan diangun dari pengetahuan peserta didik sebelumnya, terlepas dari bagaimana seseorang menerima pengetahuan itu.
Prinsip pembelajaran konstruktivitik antara lain :
1)      Pembelajaran adalah sebuah proses aktif
2)      Pembelajaran adalah proses membangun dua makna
3)      Pembelajaran  adalah tindakan penting membangun makna mental
4)       Belajar bahasa pembelajaran
5)      Pembelajaran adalah kegiatan sosial
6)      Pembelajaran adalah peristiwa kehidupan yang kontekstual
7)      Pembelajaran membutuhkan pengetahuan
8)      Pembelajaran  membutuhkan waktu
9)      Motivasi adalah komponen utama dalam belajar

Beberapa teori yang menggunakan konsep dasar konstuktivitik adalah :
a.       Zone Proximal Development Theory – L Vygotsky
Vygostky (1978) menyatakan bahwa anak mengikuti teladan orang dewasa dan secara bertahap mengembangkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu tanpa bantuan atau menggunaka bantuan. Pertama, anak-anak memperoleh banyak pengetahuan dari budaya, kedua anak-anak memperoleh proses atau cara pemikiran mereka dari budaya sekitarnya. Oleh karena itu, pembelajaran harus menyediakan sarana untuk member ruang terhadap apa dan bagaimana budaya berpikir anak.
Menggunakan landasan ZPD theory dalam DPBW memberikan peluang untuk merancang materi lebih dekat dengan pengalaman peserta didik.

b.      Scaffolding theory – Vygotsky
Teori ini dianalogikan dengan pembangunan sebuah gedung yang memerlukan alat bantu dalam membangunnya. Scaffolding Theory adalah bentuk pembelajaran yang membantu peserta didik dan peserta didik lain untuk belajar, agar lebih mudah berinteraksi dan saling belajar satu sama lain melalui bantuan seorang guru sebagai fasilitator.
Berikut ini adalah beberapa kunci dari Scaffolding Theory :
1)      Guru dan peserta didik menyedikakan jembatan antara pengetahuan dan keterampilan yang ada pada peserta didik dan tuntutan tugas baru yang harus dilaksanakan
2)    Guru memberikan intruksi dan membantu aktivitas peserta didik dalam konteks dan bentuk struktur yang mendukung pemecahan masalah peserta didik
3)    Partisipasi diarahkan untuk memberikan peran aktif dalam belajar dan berkontribusi terhadap berbagai solusi masalah peserta didik sendiri
4)      Melibatkan bimbingan efektif untuk mentransfer  tanggung jawab dari guru kepada peserta didik.
Mengkombinasikan dua teori Vygostky di atas akan lebih sempuran dalam merancang DPBW. Di samping DPBW harus dibuat dengan struktur bertahap dari bagian yang paling sederhana sampai kompleks, juga materi dapat dirancang dengan dua versi yaitu dengan bantuan atau tanpa bantuan.
c.       Experience – Based Learning Theory – L Andresen, Boud dn R Cohen
Pembelajaran berbasis pengalaman (Experience – Based Learning Theory) adalah ditempatkannya pengalaman peserta didik pada posisi sentral dalam semua pertimbangan. Experience – Based Learning Theory  adalah khusus untuk orang dewasa karena meliputi pendidikan formal, informal, non-formal dan bembelajaran sepanjang hayat, pembelajaran sambil kerja dan pmelajaran insidentil. Experience – Based Learning Theory diidentifikasikan sebagai :
-          Pengalaman adalah dasar dan stimulus dalam belajar
-          Peserta didik secara aktif membangun pengalaman mereka sendiri
-          Pembelajaran adalah sebuah proses holistic
-          Pembelajaran dibangun secara sosial dan budaya
-          Pembelajaran dipengaruhi oleh konteks sosio-emosional dimana belajar terjadi.
DPBW menjadika Experience – Based Learning Theory sebagai landasan teoritis, karena itu dalam merancang perlu adanya kondisi yang memungkinkan.
d.      Problem Based Learning – Engel, MacDonald dan Isaacs
Problem Based Learning dapat diterpkan dalamproses pembelajaran individual dan kelompok. Cara ini juga dapat diaplikasikan dalam lingkup pembelajaran kelas dan tipe pembelajarn yang lain. MacDonald dan Isaacs menjelaskan karakteristik khas PBL adalah berpusat pada apa peserta didik lakukan, bukan apa yang dilakukan dosen. PBL dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa model sesuai dengan kebutuhan.
DPBW yang menggunakan PBL sebagai landasan teoritisnya dapat melalui tahapan-tahapan antara lain : penyampaian ide, penyajian fakta yang diketahui, mempelajari masalah, menyusun rencana tindakan dan evaluasi.

e.       Anchor Instruction Theory – J. Bransford
Anchor Instruction Theory merupakan paradigm untuk pembelajaran berbasis teknologi tang telah dikembangkan oleh CGTV dibawah kepemimpinan J. Bransford. Fokus awal dari teori ini adalah pada pengembangan alat videodisc interaktif yang mendorong pesertadidik dan guru untuk memecahkan masalah kompleks dan realistik.

f.       Situated Learning Theory – J Lave
Lave (1991) berpendapat bahwa belajar adalah fungsi dari aktivitas, konteks dan budaya dimana pembelajaran terjadi. Situated Learning Theory mempunyai dua prinsip yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu :
-          Pembelajaran perlu menyajikan pengetahuan dalam konteks sosial peserta didik dalam bentuk    aplikasi yang biasanya dikaitkan langsung dengan pengetahuan yang sedang diajarkan
-          Pembelajaran membutuhkan interaksi sosial dan kolaborasi

g.      Cognitive Apprenticeship Learning Theory – a. Collins, JS. Brown dan Susan E. Newman
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam Cognitive Apprenticeship Learning Theory  adalah :
1)  Cognitive Apprenticeship Learning Theory mendorong peserta didik mendapatkan pemahaman tentang perbedaan antara apa yang telah didapatkannya ketika awal pembelajaran dengan keahlian yang diperoleh setelah mereka magang
2)      Magang kognitif  mendorong adanya pemantauan dan koreksi terhadap pengembangan dan keterampilan diri yang diperlukan untuk pemecahan masalah secara bergantian di antara berbagai  kegiatan kognitif.
3)   Tugas-tugas yang dilaksanakan secara berurutan mencerminkan adanya perubahan dalam pembelajaran
4)    Kerjasama dalam bentuk budaya dan pengaturan memungkinkan peserta didik belajar bagaimana menerapkan keterampilan mereka
Startegi yang digunakan dalam Cognitive Apprenticeship Learning Theory adalah : modeling, pelatihan, scaffolding, artikulasi, refleksi, eksplorasi, dan penilaian.  
h.      Discovery Learning – J. Bruner
Discovery Learning  adalah metode pembelajaran berbasis penelitian.Keuntungan teori ini adalah : mendorong ketrlibatan aktif, meningkatkan motivasi, mempromosikan otonomi, tanggung jawab, kemandirian, pengembangan kreativitas dan kemampuan pemcahan masalah, serta pengalaman pembelajaran yang disesuaikan.


B.     MEDIA PEMBELAJARAN
1.      Pengertian dan Kategori Media
Media berasal dari bahasa Latin medium (“antara”), istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah penerima.  Ada beberapa defensi media pembelajaran. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. (AECT:1997). M. Atwi (2001:187) media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Pengirim dan penerima pesan itu dapat berbentuk orang atau lembaga, sedangkan media tersebut dapat berupa alat-alat elektronik, gambar, buku dan sebagainya. Heinich (Hendriana, 2005:12) mengemukakan bahwa “Media secara harfiah yang berarti perantara sumber pesan dengan penerima pesan”. Gagne (Sadiman, 2003:6) menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs (Sadiman, 2003:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan peasan serta merangsang siswa untuk belajar.  Media bentuk jamak dari perantara (mediaum), merupakan sarana komunikasi.
Ada enam kategori dasar media, yaitu :
1.      Teks merupakan karakter alfanumerik yang mungkin ditampilkan dalam format apapun, seperti buku, poster, papan tulis, layar computer dan sebagainya.
2.      Audio mencakup apa saja yang bisa anda dengar, seperti suara orang, suara mekanik, musik dan sebagainya. Suara tersebut bisa di dengar secara langsung ataupun rekaman.
3.      Visual meliputi diagram pada sebuah poster, gambar pada papan tulis, gambar pada buku,karton dan sebagainya.
4.      Video merupakan media yang menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, animasi komputer dan sebagainya.
5.      Model, bersifat tiga dimensi, dan bisa disentuh oleh peserta didik
6.      Tenaga (Orang), bisa berupa guru, peserta didik atau ahli bidang studi.

2.         Langkah-langkah dalam pemilihan media Pembelajaran
 Gagne dan pendapat Briggs dikutip oleh Mohammad Ali (1984: 73) menyarankan langkah-langkah dalam memilih media instruksi adalah:
1.      Merumuskan tujuan pembelajaran
2.      Mengelompokkan tujuan berdasarkan domain atau jenis pembelajaran
3.      Memilih acara pembelajaran yang akan berlangsung
4.    Tentukan jenis stimulus untuk setiap acara, untuk mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam pengajaran
5.      Memperhitungkan (berdasarkan nilai utilitas) media yang digunakan.
6.      Tentukan media yang dipilih akan digunakan
7.      Menulis penalaran (rasional) untuk memilih media
8.      Tuliskan prosedur untuk digunakan pada setiap event
9.       Menulis skrip dalam pembicaraan penggunaan.media




Menurut Dick dan Cary (1985), disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku dalam pembelajaran, setidaknya masih ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu  :
a.     Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada   sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri;
b.      Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya;
c.     Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama, dan
d.      Eefektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang

Lebih lanjut Romiszowski (1988:57-58), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih media pembelajaran, yaitu:
1.      Metode pembelajaran yang akan digunakan
2.      Tujuan pembelajaran
3.      Karakteristik peserta didik
4.      Aspek kepraktisannya (biaya dan waktu)
5.      Faktor pemakainya.

3.         Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dan peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (dalam Depdiknas, 2003) mengidentifikasikan beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran peserta didik
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
     7. Media dapat menumbuhkan sikap positif  peserta didik terhadap materi dan proses pembelajaran.
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Fungsi media pembelajaran antara lain:
1. Menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran.
2. Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan pembelajaran.
3. Mendorong motivasi pembelajaran.
4. Menambah variasi dalam penyajian materi.
5. Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan.



    


4.      Format Media
            Sebuah format media merupakan bentuk fisik yang di dalamnya disertakan dan ditampilkan pesan. Terdiri dari : papan tulis penanda, slide power point, CD, DVD dan multimedia computer. Masing-masing format meiliki keterbatasan dan kelebihn masing-masing. Pemilihan media perlu mempertimbangkan ketersediaan media dan teknologi, keragaman peserta didik, dan tujuan yang harus dicapai. Selain itu hal yang harus diperhatikan juga adalah situasi pembelajaran (kelompokkecil, sedang atau besr), tipe pesertadidik (audio, visuali, atau kinestetik), ranah yang akan dicapai (kognitif, afektif, motorik)
 
BAB II
ANALISIS SITUASI
 
Memilih Metode, Media, dan Materi Pembelajaran Model ASSURE adalah pedoman langkah-langkah perencanaan untuk memilih dan memanfaatkan media (Heinich, Molenda, Russel, dan Smaldino, 2002). Mereka mengungkapkan model ini berdasarkan asumsi Gagne pada tahun 1965, bahwa proses pembelajaran itu melalui beberapa tahap yang disebut events of instruction. Untuk itu pembelajaran yang telah didesain dengan baik dimulai dengan membangkitkan minat peserta didik, yang kemudian di susul dengan menyajikan materi baru, melibatkan umpan balik peserta didik (feedback), mengukur pemahaman mereka (assesing) dan diteruskan ke aktivitas berikutnya. Heinich dkk. (2002) juga menguraikan enam langkah yang merupakan blue print rencana pembelajaran yang berfungsi menguraikan rencana pembelajaran, yaitu
1.      Menganalisis peserta didik
2.      Menetapkan tujuan pembelajaran
3.      Memilih metode, media, dan materi
4.      Menggunakan media dan materi
5.      Memerlukan partisipasi peserta didik
6.      Evaluasi dan revisi.

1.      Analisis Peserta didik
Menurut Heinich et al (2005), sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik harus disesuaikan dengan ciri-ciri peserta didik, isi dari pembelajaran yang akan dibuat medianya, media dan bahan pembelajaran itu sendiri.  Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk menganalisis ciri-ciri peserta didik yang ada, namun ada 3 hal yang dapat dilakukan untuk mengenal peserta didik berdasarkan ciri-ciri umum, ketrampilan awal dan gaya belajar. Berikut ini akan dijelaskan analisa peserta didik  kelas XII  Jurusan IPS SMA Negeri 13 Pekanbaru
a.      Ciri-ciri umum peserta didik
Peserta didik yang akan mengikuti pembelajaran ini adalah  kelas XII berjumlah 67 orang yang terdiri dari laki-laki 23 orang dan perempuan 44 orang.  Rata-rata peserta didik ini berusia antara 16 sampai 17 tahun dan  mempunyai kultur budaya yang tidak jauh berbeda dan sebagian besar  berasal dari masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
         Dalam mengikuti pembelajaran yang hanya bersifat teori selalu tidak menarik perhatian peserta didik, apa lagi jika menggunakan metode konvensional.  Satu pertimbangan untuk mendapat  stimulus tinggi  dari peserta didik  pada  pembelajaran yang diberikan, harus   menggunakan media yang tepat untuk memancing peserta didik.
b.      Keterampilan awal peserta didik
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat pembelajaran sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami pembelajaran  sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalaman.  Pada dasarnya, pengetahuan awal adalah hasil pelajaran dimasa lalu yang telah terstruktur di dalam skema berpikir. Di masa depan, hasil pembelajaran ini bisa berubah tergantung pada motivasi, kemampuan, dan lingkungan yang dihadapi peserta didik.
Dari aprersepsi yang diberikan kepada peserta didik diketahui bahwa pengetahuan awal para peserta didik kelas XII IPS tergolong rendah, karena dari beberapa pertanyaan yang diberikan hanya sekitar 25 % peserta didik yang dapat merespon.

c.       Gaya belajar peserta didik
Salah satu faktor utama yang menyebabkan perbedaan diantara peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran adalah gaya belajar yang mereka miliki. Peserta didik sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, memiliki keunikan masing-masing dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka memiliki gaya belajar yang tersendiri yang membedakannya dengan peserta didik lainnya. Minat dan bakat yang mereka miliki, pengalaman hidup yang mereka dapatkan, hobi yang mereka gemari, merupakan beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan gaya belajar diantara mereka.
Secara umum gaya belajar diartikan sebagai kombinasi dari bagaimana informasi diserap, diatur serta diolah. Jadi, gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari bagaimana ia menyerap suatu informasi, kemudian mengatur dan mengolah informasi tersebut. (DePorter:2002)
            Ada  3 jenis gaya belajar, yaitu :
·        Visual. Gaya belajar seperti ini lebih mengutamakan kekuatan penglihatan (mata). Belajar melalui melihat sesuatu. Orang dengan gaya belajar visual menyukai gambar, diagram, pertunjukkan, peragaan, pemutaran film atau video sebagai media pembelajaran.
·      Auditori. Gaya belajar Auditory lebih mengutamakan kekuatan pendengaran (telinga) Belajar melalui mendengarkan sesuatu. Orang dengan gaya belajar auditory lebih menyukai kaset audio, ceramah perkuliahan, diskusi, debat dan instruksi dalam proses belajar mengajar.
·   Kinestetik. Gaya belajar kinestetik lebih mengutamakan keterlibatan aktivitas fisik secara langsung. Belajar melalui aktivitas fisik. Media pembelajaran yang disukai antara lain bermain peran, kunjungan wisata, lebih menyukai pelajaran praktek ketimbang teori.
Dari beberapa gaya belajar di atas, maka gaya belajar peserta didik kelas XII IPS cenderung pada  gaya belajar visual  dan gaya belajar kinestetik, karena sebagian anak lebih menyukai gambar, video dan sebagiannya lagi ada yang lebih menyukai pelajaran praktek dari pada teori.
      Untuk mata pelajaran ekonomi pada materi konsep, unsur dan prinsip manajemen gaya belajar peserta didik lebih cenderung pada gaya belajar visual.

2.      AnalisisTujuan Pembelajaran
Tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembelajaran baik berdasarkan buku ataupun kurikulum.  Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipahami pesertadidik dari pembelajaran yang dijalankan. Dalam rancangan pembelajaran ini tujuan pembelajaran adalah :

Standard Kompetensi
·         Memahami manajemen badan usaha dalam perekonomian nasional
Kompetensi Dasar
·         Menjelaskan unsur-unsur manajemen
Indikator Pencapaian Kompetensi
·         Mendeskripsikan konsep manajemen
·         Mendeskripsikan unsur-unsur manajemen
·         Mendeskripsikan prinsip-prinsip manajemen

Tujuan Pembelajaran
·         Peserta didik mampu medeskripsikan konsep manajemen
·         Peserta didik mampu medeskripsikan unsur-unsur manajemen
·         Peserta didik mampu medeskripsikan prinsip-prinsip manajemen


3.      Memilih  Metode, Media dan Materi
            Langkah berkutnya dalam analisa ASSURE adalah memilih metode pembelajaran.  Pemilihan metode pembelajaran berhubungan dengan strategi pembelajaran yang akan dilakukan.  Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan metode pembelajaran.  Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, secara seimbang dan menyeluruh, sehingga peserta didik menguasai komptensi yang hendak dicapai. Dalam pemilihan tekhnologi dan media yang akan digunakan harus memperhatikan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Apabila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri, dengan memperhitungkan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung.  Setelah penetapan tekhnologi dan media pembelajaran, maka langkah berikutnya adalah membuat materi pembelajaran.  Materi pembelajaran ini bisa kita buat sendiri, mengambil dari yang sudah ada, atau memadukan keduanya.  Apapun pilhanya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.


Berdasarkan kriteria pemilihan media pembelajaran  dan dihubungkan dengan analisis peserta didik serta kompetenti yang harus dicapai, penlis memilih metode diskusi informatif sebagai metode pembelajaran yang didukung dengan metode presentasi dengan menggunakan power point sebagai media pembelajaran.   Pemilihan media ini didukung oleh ketersediaan sarana dan prasara untuk presentasi disekolah. Disamping itu juga  penggunaan media power point ini  memiliki kelebihan sebagai berikut:
a. Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik
    animasi teks maupun animasi gambar atau foto.
b. Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji.
c. Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik.
d. Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan.
e. Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-uang
f. Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik. (CD / Disket / Flashdisk), sehingga  paraktis untuk di bawa ke mana-mana. 


Berdasarkan analisa model ASSURE diatas,  dapat penulis dituangkan dalam RPP dibawah ini


BAB III
RENCANA PEMBELAJARAN

Nama Sekolah             :   SMA Negeri 13
Kelas / Semester          :   X II/ Ganjil
Program                       :    IPS
Mata Pelajaran            :   Ekonomi
Alokasi Waktu            :   2 x 45 menit

Standard Kompetensi
3. Memahami manajemen badan usaha dalam perekonomian nasiona
Kompetensi Dasar
                        3. 1 Menjelaskan unsur-unsur manajemen
Indikator Pencapaian Kompetensi
       ·         Mendeskripsikan konsep manajemen
·         Mendeskripsikan unsur-unsur manajemen 
·         Mendeskripsikan prinsip-prinsip manajemen

I.                   Tujuan Pembelajaran
·         Peserta didik mampu medeskripsikan konsep manajemen
·         Peserta didik mampu medeskripsikan unsur-unsur manajemen
·         Peserta didik mampu medeskripsikan prinsip-prinsip manajemen

II.                Materi Ajar
Unsur-Unsur Manajemen
·         Konsep manajemen
·         Unsur-unsur  manajemen
·         Prinsip-prinsip manajemn

III.             Metode /Model Pembelajaran
                        Diskusi informasi / Cooverative Learning

IV.             Kegiatan Pembelajaran

No
Kegiatan Belajar
Waktu

Aspek Life Skill yang dikembangkan
1.
Pendahuluan
-            Mengucapkan salam, Berdoa, cek kehadiran, dan perlengkapan belajar
-            Apersepsi dan Motivasi
·         Menjelaskan kompetensi apa yang hendak dicapai
·         Memberikan pemahaman kepada siswa akan pentingnya konsep, unsur-unsur manajemen dan prinsip-prinsip manajemen

5
Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
2.

Kegiatan inti :
·    Siswa melakukan diskusi informasi untuk memahami materi dengan mengkaji sumber bahan.
·       Peserta didik dengan dipandu guru membuat kesimpulan mengenai konsep, unsur-unsur manajemen dan prinsip-prinsip manajemen
·        Memberikan  kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang belum dipahami.
·         Memberikan latihan kepada siswa  mengenai konsep, unsur-unsur manajemen  dan prinsip-prinsip manajemen


80


3.




Penutup
·         Evaluasi
·         Penenangan

5



V.                SUMBER, ALAT DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1.      Sumber
·                 
·                Buku Paket Ekonomi Kelas XII. Penerbit Yudistira.
·                Buku Paket Ekonomi Kelas XII, Penerbit Intan Pariwara
·                Pengantar  Manajmen , Dr H.B, Siswanto, M.Si
·                Bahan Ajar

2.      Alat
·                Laptop
·                LCD

3.      Media
·                Power Point

Penilaian Hasil Belajar
Pertemuan 1
Indikator Penacapaian
Penilaian
Tekhnik
Bentuk Instrumen
Instrumen
Mendeskripsi konsep manajemen


Mendeskripsikan prinsip-prinsip manajemen






Tes tertulis



Tes tertulis

Uraian


Uraian



1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan manajemen sebagai suatu ilmu dan sebagai suatu seni



2.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan wewenang dan kesatuan perintah dalam prinsip manajemen!


Kunci Jawaban
1.      Manajemen sebagai suatu ilmu adalah sesuatu yang dapat dipelajari secara sistematis tentang mengapa dan bagaimana orang per orang itu bekerjasama dan mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
Manajemen sebagai suatu seni adalah seni mencapai tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain
2.      Wewenang  adalah dalam memberikan perintah dalam suatu manajemen   dilakukan oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini adalah atasan yang terkait
Kesatuan perintah adalah dalam memberikan perintah dalam suatu manajemen akan dapat dikerjakan dengan baik apabila dilakukan dengan satu perintah
Pedoman Penskoran
No
Jawaban/Aspek yang dinilai
Skor

1.      Manajemen sebagai suatu ilmu adalah sesuatu yang dapat dipelajari secara sistematis tentang mengapa dan bagaimana orang per orang itu bekerjasama dan mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
Manajemen sebagai suatu seni adalah seni mencapai tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain
2.      Wewenang  adalah dalam memberikan perintah dalam suatu manajemen   dilakukan oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini adalah atasan yang terkait
Kesatuan perintah adalah dalam memberikan perintah dalam suatu manajemen akan dapat dikerjakan dengan baik apabila dilakukan dengan satu perintah



2



2

2


2


Nilai = (jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 100


             
                                                                   Pekanbaru, Mei 2012



                                                                                    Neneng Yuyu Rohana



                                                                             BAB IV
                                                                       KESIMPULAN
           
        Dalam penyusunan  rancangan media pembelajaran, salah satu metode yang dapat dilaksanakan adalah dengan menggunakan pendekatan  model ASSURE.  Penggunaan medel  ASSRE dimulai dengan analisa peserta didik, yang terdiri dari karakteristik umum , pengetahuan awal dan  gaya belajar  peserta didik.  Kemudian dilanjutkan dengan analisa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, dan pemilihan metode, tekhnologi, media  serta materi yang hendak digunakan.
      Jenis media yang digunakan disesuaikan dengan tahapan analisis yang telah dilakukan, sehingga fungsi media sebagai alat untuk membantu memperlancar interaksi guru dan peserta didik dapat dilaksanakan dengan baik,  sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien.
     Apapun metode, tekhnologi, media dan materi pembelajaran yang digunakan, semua tergantung kepada kompetensi yang akan dikuasai  oleh peserta didik  serta sarana dan prasarana yang mendukung disekolah sehingga  proese pembelajaran berjalan dengan efektif dan effisien.





DAFTAR PUSTAKA
Smaldino, Sharon E, Deborah L. Lowther & James D. Russell. (2008). Instructional Technology and         Media for Learning 9th Ed. New Jersey:Pearson Merrill Prentice Hall
- Dr. Darmansah, ST. M.Pd, Pembelajaran Berbasis WEB, Teori dan Aplikasi, UNP 2010 
-  Dr H.B, Siswanto, M.Si, Pengantar Manajemen,Bumi Aksara, 2005,
   -  Panduan Pendidik Ekonomi Kelas XII, Penerbit Intan Pariwara,2010
     - Internet