Kamis, 31 Mei 2012
Rabu, 30 Mei 2012
RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
TUGAS AKHIR
SEMESTER
RANCANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN
Dosen
DR. Indriati Kusumaningrum,M.Pd
Oleh
NENENG YUYU
ROHANA
NIM : 1109868
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, atas rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini
berjudul “Rancangan Media Pembelajaran”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapai tugas mata kuliah Media
Pembelajaran. Pada makalah ini penulis
mendeskripsikan tentang teori pembelajaran, teori media pembelajaran dan
bagaimana implementasi model ASSURE dalam suatu Kegiatan Pembelajaran.
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Dosen Pembina mata kuliah DR. Idrati Kusumaningrum, M.Pd
atas bimbingan dan tugas yang diberikan, sehingga bermanfaat dan menambah
wawasan penulis, khususnya tentang merancang media pembelajaran.
Makalah ini diharapkan
dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai perancangan media
pembelajaran. Penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini
Pekanbaru, 27 Mei 2012
Neneng
Yuyu Rohana
BAB
I
Landasan
Teori
A. TEORI PEMBELAJARAN
Teori pembelajaran
mengkaji bagaimana seseorang belajar. Hal ini merupakan dasar atau landasan
utama dalam pembelajaran. Teori pemlajaran merupakan salah satu faktor yang
mempangaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan prilaku
individu.
Rasmussen & Shivers
(2003) menyatakan bahwa Desain Pembelajaran Berbasis WEB (DPBW) dilandasi 3
(tiga) teori belajar. Ketiga teori Pembelajaran itu adalah
1.
Teori belajar behavioristik
2.
Teori belajar
kognitif
3.
Teori belajar
konstruktivitik
1. Teori Pembelajaran Behavioristik
Teori Pembelajaran
Behavioristik berpandangan bahwa pokok persoalan psikologi ada pada tingkah
laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas.
Behaviorisme bergerak pada prinsip stimulus- respons. Teori ini menganggap
bahwa seseorang peserta didik pada dasarnya pasif dan hanya menganggapi
lingkungan dari luar dirinya. Ibarat selembar kertas putih adalah peserta
didik, dan penguatan –penguatan yang akan mewarnainya. Penguatan positif yang
akan menimbulkan efek pengulangan sedangkan penguatan negative akan menimbulkan
efek jera. Prinsip – prinsip penting dalan teori behavioristik adalah :
-
Mementingkan faktor lingkungan
-
Menekankan pada faktor bagian
-
Menekankan pada tingkah laku yang Nampak dengan menggunakan
metode objektif
-
Bersifat mekanis
-
Mementingkan masa lalu
Tokoh
Aliran behaviorisme : John B.Watson, Ivan Pavlov, BF. Skinner, EL Thorndike,
Bandura, Tolman. Menurut John Locke (1632-1704), pada waktu lahir manusia tidak
mempunyai “warna mental”, warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah
satu-satunya cara untuk mendapatkan pengetahuan. Ide dan pengetahuan adalah
produk dari pengalaman.
EL Thorndike (1874-1949), belajar
merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang
disebut stimulus dan respon. Teori ini disebut teori “connectiosm”. Eksperimen yang dihasilkannya menghasilkan teori Trial and Error. Ciri-ciri belajar
dengan Trial and Error adalah : adanya aktivitas, adanya respon terhadap
berbagai situasi, ada eliminasi terhadap berbagai respon yang salah, ada
kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum, yaitu
Hukum Kesiapan, Hukum Latihan dan Hukum Akibat.
Ivan Pavlov (1849-1936) menyatakan
bahwa individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan.
Pembelajaran menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi, pembelajaran itu adalah adanya latihan dan pengulangan yang
terjadi secara otomatis.
Skinner (1904-1990) menganggap
hadiah dan hukuman merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Teori ini
menganjurkan guru untuk member penghargaan berbentuk hadiah atau nilai tinggi
sehingga peserta didik lebih rajin. Teori ini juga diseut “operant conditioning”, yaitu suatu proses pengulangan perilaku
operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau
menghilang sesuai keinginan. Prinsip pembelajaran Skinner :
-
Hasil pembelajaran harus segera diberitahukan kepada
siswa, jika salah maka dibanarkan dan jika benar maka diberi penguatan
-
Proses pembelajaran harus mengikuti irama dri belajar,
materi yang diberikan kepada peserta didik berupa modul
-
Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas
sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk
menghindari hukuman
-
Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberikan hadiah.
Bandura
(1925-…?)meyatakan bahwa tidak semua prilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman.
Teori pembelajaran bandura adalah teori pembelajaran sosial yang menunjukkan
pentingnya proses mengamati dan meniru prilaku, sikap dan emosi orang lain.
Teori ini menjelaskan prilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku
timbale balik yang berkesinambungan antara kognitif tingkah laku dan pengaruh
ligkungan. Faktor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian,
mengingat, produksi motorik dan motivasi.
Teori
pembelajaran behavioristik mencakup Practice,
reinforcement, punishment, active learning, shaping, modeling. Rasmussen
& Shivers (2003) menatakan bahwa dua teori pembelajaran yang digunakan
sebagai landasan teoritis DPBW adalah Classical
conditioning dan. Classical conditioning berfokus pada stimulus respond dan bagaiman agar
stimulus dapat merubah respon. Operant
Conditioning menekankan pada konsekuensi dari respon bukan stimulus.
Ciri-ciri
dari teori behavioristik yang menjadi landasan dalam DPBW adalah :
-
Hasil pembelajaran terbentuk melalui mekanisme stimulus
respon
-
Pengaruh lingkungan menjadi faktor penentu
-
Mengutamakan bagian-bagian
-
Mementingkn peranan reaksi
-
Mengandalkan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
-
Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan
-
Hasil pembelajaran yang dicapai adalah munculnya
prilaku yang diingnkan
Aplikasi
teori behavioristik dalam DPBW adalah :
- Materi Ajar Siap
Saji (MASS) : DPBW seharusnya menyediakan bahan ajar yang sudah siap saji,
sehingga peserta didik dapat mengakses kapan saja dan dimana saja. Dengan demikian
konsekuensi kepada para guru yang menggunakan DPBW agar adapat menyiapkan bahan
ajar dalam bentuk materi yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai peserta didik disampaikan secara utuh oleh guru.
-
Instruksi Contoh Simulasi (ICS) : Guru tidak banyak
memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh.
Rekomendasi ini sangat cocok dengan DPBW yang menggunakan konsep belajar jarak
jauh, dimana materi ajar disajikan dengan singkat dan diperkaya dengan
contoh-contoh.
-
Mulai Sederhana Sampai Kompleks (MSSK) : Penyususnan
materi ajar dimulai dari yang paling mudah sampai pada materi yang kompleks.
- Tujuan Dipecah Menjadi Kecil (TDMK) : Tujuan
pembelajaran dibagi menjadi bagian kecil, setelah tujuan dicapa maka beralih ke
tujuan berikutnya
-
Memperbaiki Kesalahan Sesegera Mungkin (MKSM) :
memberikan evaluasi sesegera mungkin terhadap capaian hasil belajar peserta
didik. Jika terdapat kesalahan harus segera diperbaiki dan diberitahukan kepada
peserta didik.
- Latihan Pengulangan Menjadi Kebiasaan (LPMK) :
melakukan banyak pengulangan yang berorientasi lingkungan supaya prilaku yang
diinginkan menjadi kebiasaan.
- Penghargaan Positif Hukuman Negatif (PPHN) : memberikan
penghargaan untuk penguatan positis dan hukuman untuk penguatan negatif.
-
Evaluasi Didasari Prilaku yang Tampak (EDPT) : evaluasi
merupakan cara untuk mendapatkan umpan balik dalam pembelajaran. Pnilaian hasil
pembelajaran berdasarkan perubahan prilaku yang tampak dan teramati.
-
Hasil Membentuk Prilaku yang Diinginkan (HMPD) : hasil
yang diharapkan dari teori ini adalah terbentuknya prilaku yang diinginkan.
Kritik terhadap teori behavioristik :
-
Teori behavioristik memegang teacher center / berpusat
pada guru
-
Terjadi ketidaksenangan dalam pembelajaran dengan
adanya guru sebagai sentral, dan bersikap otoriter
-
Komunikasi berlangsung satu arah
-
Guru menentukan dan melatih apa yang harus dipelajari
peserta didik.
-
Murid dipandang sebagai individu yang pasif, perlu
motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan
2. Teori Pembelajaran Kognitif
Teori ini berpendapat
bahwa “kotak hitam” dari pikiran harus dibuka. Peserta didik dipandang sebagai
prosesor informasi. Kognitivisme berfokus pada : aktivitas mental batin, proses
mental seperti berfikir dan memecahkan masalah perlu dieksplorasi, pengetahuan
dapat dilihat sebagai skema, dan belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam
skema peserta didik. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa
manusia tidak dapat deprogram seperti hewan yang harus merespon rangsangan dari
lingkungan, manusia adalah makhluk rasional yang membutuhkan partispasi aktif
untuk belajar dan bertindak sebagai konsekuensi dari berpikir. Perubahan
perilaku diamati, tetapi hanya sebagai indikasi tentng apa yang terjadi di
kepala peserta didik.
Para ahli dalam teori
kognitif adalah Merril – Component Display Theory, Reigeluth – Elaboration
Theory, Gagne, Briggs, Bruner, Schank – Script Theory, Scandura.
·
Information Processing Memory (J Bruner)
“Pembelajaran adalah
mencari tau cara menggunakan apa yang telah anda ketahui untuk mendapatkan apa
yang anda pikirkan saat ini”. Menurut Bruner pembelajaran adalah sebuah proses
sosial yang aktif, dmana peserta didik membangun ide-ide atau konsep baru
berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Selanjutnya Bruner mengatakan bahwa
jika diberi organisasi yang tepat dan fasilitas yang baru, seseorang di usia
berapapun bisa belajar. Menurut Bruner struktur pembelajaran lebih penting
daripada sekedar menghafal fakta. Peserta didik harus mampu membuat hubungan
antara konsep-konsep. Konsep dalam teori kogitif Bruner memberikan rekomendasi
dalam DPBW, yaitu :
-
Proses mental
-
Membnagun ide baru berdasarkan schemata yang telah ada
-
Emmberikan kesempatan berpikir analitis
-
Berdasarkan tindakan
-
Berdasarkan image
-
Berdasarkan simbol
-
Pembelajaran bermakna
·
Component Display Theory – Merril
Menurut Merril (1983)
CDT adalh sebuah kerangka anlisis untuk mengidentifikasi komponenkomponen
strategi pembelajaran dalam berbagai macam tujuan pembelajaran dalam bentuk
komponen strategi yaitu bentuk-bentuk presentasi primer, sekunder dan hubungan
interdisplay.
·
Elabortion Theory – Reigeluth
Reigeluth (1999)
berpendapat bahwa konten yang dipelajari harus diatur secara tertib dariyang
sederhana sampai yang kompleks, sambil menyediakan konteks yang berrti dimana
ide-ide berikutnya dapat diintegrasikan. Menurut Reigeluth, teori elaborasi
memiliki nilai-nilai sebagai berikut :
1)
Nilai – nilai untuk pembelajaran yang dibuat seholistik
mungkin, untuk memupuk makna dan motivasi
2)
Hal ini memungkinkan peserta didik dapat membuat urutan
keputusan dan banyak ruang sendiri selama proses belajar
3)
Pendekatan ini dapat memfasilitasi model yang cepat
dalam proses pengembangan pembelajaran
4) Dapat mengintegrasikan pendekatan ini untuk lingkup dan
urutan pada teori desain yang koheren
Konsep
dalam teori elaborasi yang dapat digunakan dalam DPBW adalah ;
1)
Pembelajaran dibuat berurutan dari yang sederhana
sampai yang kompleks
2)
Urutkan konsep sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
peserta didik
3)
Lakukan penyederhanaan terhadap konsep yang kompleks
·
Learning by Doing Theory – R. Schank
Inti dari argumenya
adalah learning by doing akan selalu
menjadi lebih efektif asalkan sistem pendidikan harus dirancang dengan benar.
Pembelajaran dengan learning by doing memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan inovasi mandiri berdasarkan
pengetahuan yang telah mereka miliki. Menurut Schank learning by doing sangat
cocok untuk pelajaran yang memerlukan keterampilan. DPWB dengan pendekatan learning by doing direkomendasikan
membuat rancangan dengan konsep :
1)
Melakukan
2)
Pemberian tugas yang berulang
3)
Membuat variasi
4)
Melakukan perbaikan terhadap kesalahan
5)
Memilih dan membuang yang tidak perlu
·
Stucture Learning Theory – Scandura
Menurut SLTfokus utama
adalah bagaimana untuk memilih ranah masalah dan memilih struktur yang harus
diketahui oleh peserta didik. Masalah dipecah menjadi komponen dasar yang
biasanya disebut komponen atom dan bagian paling mendasar dari tingkat unsur
tersebut, betul-betul merupakan bagian yang harus dipelajari peserta didik dan
dijadikan sebagai ranah kompetensi.
SLT adalah teori
kognitif berbasis sasaran yang spesifik. Scandura menyatakan bahwa SLT sangat
berguna dalam pembelajaran individual. DPBW dengan konsep SLT seharusnya dapat
dirancang dengan rekomendasi ;
1)
Lebih menekankan pada individu
2)
Menentukan inti kompetensi
3)
Materi dibuat dalam bagian kecil
4)
Pengintegrasian materi secara bertahap menuju tingkat
yang lebih tinggi.
3. Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme
menyatakan bahwa pembelajaran aktif dalam konteks proses penyusunan
pengetahuan. Pengetahuan disusun berdasarkan pengetahuan pribadi dan hipotesis
dari lingkungan. Kontruktivisme mengnggap bahwa semua pengetahuan diangun dari
pengetahuan peserta didik sebelumnya, terlepas dari bagaimana seseorang
menerima pengetahuan itu.
Prinsip pembelajaran
konstruktivitik antara lain :
1)
Pembelajaran adalah sebuah proses aktif
2)
Pembelajaran adalah proses membangun dua makna
3)
Pembelajaran adalah tindakan penting membangun makna mental
4)
Belajar bahasa
pembelajaran
5)
Pembelajaran adalah kegiatan sosial
6)
Pembelajaran adalah peristiwa kehidupan yang
kontekstual
7)
Pembelajaran membutuhkan pengetahuan
8)
Pembelajaran membutuhkan waktu
9)
Motivasi adalah komponen utama dalam belajar
Beberapa teori yang
menggunakan konsep dasar konstuktivitik adalah :
a.
Zone Proximal
Development Theory – L Vygotsky
Vygostky (1978)
menyatakan bahwa anak mengikuti teladan orang dewasa dan secara bertahap
mengembangkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu tanpa bantuan atau
menggunaka bantuan. Pertama, anak-anak memperoleh banyak pengetahuan dari
budaya, kedua anak-anak memperoleh proses atau cara pemikiran mereka dari
budaya sekitarnya. Oleh karena itu, pembelajaran harus menyediakan sarana untuk
member ruang terhadap apa dan bagaimana budaya berpikir anak.
Menggunakan landasan ZPD
theory dalam DPBW memberikan peluang untuk merancang materi lebih dekat dengan
pengalaman peserta didik.
b.
Scaffolding
theory – Vygotsky
Teori ini dianalogikan
dengan pembangunan sebuah gedung yang memerlukan alat bantu dalam membangunnya.
Scaffolding Theory adalah bentuk
pembelajaran yang membantu peserta didik dan peserta didik lain untuk belajar,
agar lebih mudah berinteraksi dan saling belajar satu sama lain melalui bantuan
seorang guru sebagai fasilitator.
Berikut ini adalah
beberapa kunci dari Scaffolding Theory :
1)
Guru dan peserta didik menyedikakan jembatan antara
pengetahuan dan keterampilan yang ada pada peserta didik dan tuntutan tugas
baru yang harus dilaksanakan
2)
Guru memberikan intruksi dan membantu aktivitas peserta
didik dalam konteks dan bentuk struktur yang mendukung pemecahan masalah
peserta didik
3)
Partisipasi diarahkan untuk memberikan peran aktif
dalam belajar dan berkontribusi terhadap berbagai solusi masalah peserta didik
sendiri
4)
Melibatkan bimbingan efektif untuk mentransfer tanggung jawab dari guru kepada peserta
didik.
Mengkombinasikan
dua teori Vygostky di atas akan lebih sempuran dalam merancang DPBW. Di samping
DPBW harus dibuat dengan struktur bertahap dari bagian yang paling sederhana
sampai kompleks, juga materi dapat dirancang dengan dua versi yaitu dengan
bantuan atau tanpa bantuan.
c.
Experience –
Based Learning Theory – L Andresen, Boud dn R Cohen
Pembelajaran berbasis
pengalaman (Experience – Based Learning
Theory) adalah ditempatkannya pengalaman peserta didik pada posisi sentral
dalam semua pertimbangan. Experience –
Based Learning Theory adalah khusus
untuk orang dewasa karena meliputi pendidikan formal, informal, non-formal dan
bembelajaran sepanjang hayat, pembelajaran sambil kerja dan pmelajaran
insidentil. Experience – Based Learning
Theory diidentifikasikan sebagai :
-
Pengalaman adalah dasar dan stimulus dalam belajar
-
Peserta didik secara aktif membangun pengalaman mereka
sendiri
-
Pembelajaran adalah sebuah proses holistic
-
Pembelajaran dibangun secara sosial dan budaya
-
Pembelajaran dipengaruhi oleh konteks sosio-emosional
dimana belajar terjadi.
DPBW
menjadika Experience – Based Learning
Theory sebagai landasan teoritis, karena itu dalam merancang perlu adanya
kondisi yang memungkinkan.
d.
Problem Based
Learning – Engel, MacDonald dan Isaacs
Problem Based Learning dapat diterpkan
dalamproses pembelajaran individual dan kelompok. Cara ini juga dapat
diaplikasikan dalam lingkup pembelajaran kelas dan tipe pembelajarn yang lain.
MacDonald dan Isaacs menjelaskan karakteristik khas PBL adalah berpusat pada
apa peserta didik lakukan, bukan apa yang dilakukan dosen. PBL dapat
dilaksanakan dengan menggunakan beberapa model sesuai dengan kebutuhan.
DPBW yang
menggunakan PBL sebagai landasan teoritisnya dapat melalui tahapan-tahapan
antara lain : penyampaian ide, penyajian fakta yang diketahui, mempelajari masalah,
menyusun rencana tindakan dan evaluasi.
e.
Anchor
Instruction Theory – J. Bransford
Anchor Instruction Theory merupakan paradigm untuk pembelajaran
berbasis teknologi tang telah dikembangkan oleh CGTV dibawah kepemimpinan J.
Bransford. Fokus awal dari teori ini adalah pada pengembangan alat videodisc
interaktif yang mendorong pesertadidik dan guru untuk memecahkan masalah
kompleks dan realistik.
f.
Situated Learning Theory – J Lave
Lave (1991) berpendapat
bahwa belajar adalah fungsi dari aktivitas, konteks dan budaya dimana
pembelajaran terjadi. Situated Learning Theory mempunyai dua prinsip yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran yaitu :
-
Pembelajaran perlu menyajikan pengetahuan dalam konteks
sosial peserta didik dalam bentuk aplikasi yang biasanya dikaitkan langsung
dengan pengetahuan yang sedang diajarkan
-
Pembelajaran membutuhkan interaksi sosial dan
kolaborasi
g.
Cognitive
Apprenticeship Learning Theory – a. Collins, JS. Brown dan Susan E. Newman
Prinsip-prinsip yang
digunakan dalam Cognitive Apprenticeship
Learning Theory adalah :
1) Cognitive
Apprenticeship Learning Theory mendorong peserta didik mendapatkan
pemahaman tentang perbedaan antara apa yang telah didapatkannya ketika awal
pembelajaran dengan keahlian yang diperoleh setelah mereka magang
2)
Magang kognitif mendorong adanya pemantauan dan koreksi
terhadap pengembangan dan keterampilan diri yang diperlukan untuk pemecahan
masalah secara bergantian di antara berbagai
kegiatan kognitif.
3)
Tugas-tugas yang dilaksanakan secara berurutan
mencerminkan adanya perubahan dalam pembelajaran
4)
Kerjasama dalam bentuk budaya dan pengaturan
memungkinkan peserta didik belajar bagaimana menerapkan keterampilan mereka
Startegi
yang digunakan dalam Cognitive
Apprenticeship Learning Theory adalah : modeling, pelatihan, scaffolding,
artikulasi, refleksi, eksplorasi, dan penilaian.
h.
Discovery
Learning – J. Bruner
Discovery Learning adalah
metode pembelajaran berbasis penelitian.Keuntungan teori ini adalah : mendorong
ketrlibatan aktif, meningkatkan motivasi, mempromosikan otonomi, tanggung
jawab, kemandirian, pengembangan kreativitas dan kemampuan pemcahan masalah,
serta pengalaman pembelajaran yang disesuaikan.
B. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Pengertian dan Kategori Media
Media berasal dari bahasa
Latin medium (“antara”), istilah ini
merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah
penerima. Ada beberapa defensi media
pembelajaran. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi. (AECT:1997). M. Atwi (2001:187) media adalah
alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada
penerima pesan. Pengirim dan penerima pesan itu dapat berbentuk orang atau
lembaga, sedangkan media tersebut dapat berupa alat-alat elektronik, gambar,
buku dan sebagainya. Heinich (Hendriana, 2005:12) mengemukakan bahwa “Media secara harfiah
yang berarti perantara sumber pesan dengan penerima pesan”. Gagne (Sadiman,
2003:6) menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs (Sadiman,
2003:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
peasan serta merangsang siswa untuk belajar. Media bentuk jamak dari perantara (mediaum),
merupakan sarana komunikasi.
Ada enam kategori dasar
media, yaitu :
1.
Teks merupakan karakter alfanumerik yang mungkin
ditampilkan dalam format apapun, seperti buku, poster, papan tulis, layar
computer dan sebagainya.
2.
Audio mencakup apa saja yang bisa anda dengar, seperti
suara orang, suara mekanik, musik dan sebagainya. Suara tersebut bisa di dengar
secara langsung ataupun rekaman.
3.
Visual meliputi diagram pada sebuah poster, gambar pada
papan tulis, gambar pada buku,karton dan sebagainya.
4.
Video merupakan media yang menampilkan gerakan, termasuk
DVD, rekaman video, animasi komputer dan sebagainya.
5.
Model, bersifat tiga dimensi, dan bisa disentuh oleh
peserta didik
6.
Tenaga (Orang), bisa berupa guru, peserta didik atau
ahli bidang studi.
2.
Langkah-langkah
dalam pemilihan media Pembelajaran
Gagne dan pendapat Briggs dikutip oleh
Mohammad Ali (1984: 73) menyarankan langkah-langkah dalam memilih media instruksi adalah:
1.
Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Mengelompokkan tujuan berdasarkan domain atau jenis pembelajaran
3. Memilih acara pembelajaran yang akan berlangsung
4. Tentukan jenis stimulus untuk setiap acara, untuk mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam pengajaran
5. Memperhitungkan (berdasarkan nilai utilitas) media yang digunakan.
6. Tentukan media yang dipilih akan digunakan
7.
Menulis penalaran (rasional) untuk memilih media
8. Tuliskan prosedur untuk digunakan pada setiap event
9.
Menulis skrip dalam pembicaraan penggunaan.media
|
Menurut Dick dan Cary (1985), disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku dalam
pembelajaran, setidaknya masih ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan media, yaitu :
a.
Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak
terdapat pada sumber-sumber yang ada,
maka harus dibeli atau dibuat sendiri;
b.
Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga
dan fasilitasnya;
c. Faktor
yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan
untuk waktu yang lama, dan
d.
Eefektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang
Lebih
lanjut Romiszowski (1988:57-58), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam memilih media pembelajaran, yaitu:
1.
Metode pembelajaran yang akan digunakan
2.
Tujuan pembelajaran
3.
Karakteristik peserta didik
4.
Aspek kepraktisannya (biaya dan waktu)
5.
Faktor pemakainya.
3.
Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dan peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi
secara khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton
(dalam Depdiknas, 2003) mengidentifikasikan beberapa manfaat media dalam
pembelajaran yaitu:
1.
Penyampaian materi pembelajaran
dapat diseragamkan.
2.
Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3.
Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4.
Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
5.
Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran peserta didik
6. Media
memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik terhadap materi dan proses pembelajaran.
8.
Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Fungsi
media pembelajaran antara lain:
1.
Menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran.
2. Melengkapi
dan memperkaya informasi dalam kegiatan pembelajaran.
3.
Mendorong motivasi pembelajaran.
4.
Menambah variasi dalam penyajian materi.
5.
Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan.
|
4. Format Media
Sebuah
format media merupakan bentuk fisik yang di dalamnya disertakan dan ditampilkan
pesan. Terdiri dari : papan tulis penanda, slide
power point, CD, DVD dan multimedia computer. Masing-masing format meiliki
keterbatasan dan kelebihn masing-masing. Pemilihan media perlu mempertimbangkan
ketersediaan media dan teknologi, keragaman peserta didik, dan tujuan yang
harus dicapai. Selain itu hal yang harus diperhatikan juga adalah situasi
pembelajaran (kelompokkecil, sedang atau besr), tipe pesertadidik (audio,
visuali, atau kinestetik), ranah yang akan dicapai (kognitif, afektif, motorik)
BAB II
ANALISIS SITUASI
Memilih Metode, Media, dan Materi Pembelajaran Model ASSURE adalah pedoman langkah-langkah perencanaan untuk memilih dan memanfaatkan media (Heinich, Molenda, Russel, dan Smaldino, 2002). Mereka mengungkapkan model ini berdasarkan asumsi Gagne pada tahun 1965, bahwa proses pembelajaran itu melalui beberapa tahap yang disebut events of instruction. Untuk itu pembelajaran yang telah didesain dengan baik dimulai dengan membangkitkan minat peserta didik, yang kemudian di susul dengan menyajikan materi baru, melibatkan umpan balik peserta didik (feedback),
mengukur pemahaman mereka (assesing) dan diteruskan ke aktivitas berikutnya. Heinich dkk. (2002) juga menguraikan enam langkah yang merupakan blue print rencana pembelajaran yang berfungsi menguraikan rencana pembelajaran, yaitu
1. Menganalisis peserta didik
2. Menetapkan tujuan pembelajaran
3.
Memilih metode, media, dan materi
4. Menggunakan media dan materi
5.
Memerlukan partisipasi peserta didik
6.
Evaluasi dan revisi.
1. Analisis Peserta didik
Menurut Heinich et
al (2005), sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik harus
disesuaikan dengan ciri-ciri peserta didik, isi dari pembelajaran yang akan
dibuat medianya, media dan bahan pembelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar
untuk menganalisis ciri-ciri peserta didik yang ada, namun ada 3 hal yang dapat
dilakukan untuk mengenal peserta didik berdasarkan ciri-ciri umum, ketrampilan
awal dan gaya belajar. Berikut ini akan dijelaskan analisa peserta didik kelas XII
Jurusan IPS SMA Negeri 13 Pekanbaru
a. Ciri-ciri umum peserta didik
Peserta didik yang
akan mengikuti pembelajaran ini adalah
kelas XII berjumlah 67 orang yang terdiri dari laki-laki 23 orang dan
perempuan 44 orang. Rata-rata peserta
didik ini berusia antara 16 sampai 17 tahun dan
mempunyai kultur budaya yang tidak jauh berbeda dan sebagian besar berasal dari masyarakat ekonomi menengah ke
bawah.
Dalam
mengikuti pembelajaran yang hanya bersifat teori selalu tidak menarik perhatian
peserta didik, apa lagi jika menggunakan metode konvensional. Satu pertimbangan untuk mendapat
stimulus tinggi dari peserta didik pada pembelajaran yang diberikan, harus
menggunakan media yang tepat untuk memancing peserta didik.
b. Keterampilan awal peserta didik
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai
pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna
dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami
hakikat pembelajaran sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus
respon, kontruktivisme lebih memahami pembelajaran sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalaman. Pada dasarnya, pengetahuan
awal adalah hasil pelajaran dimasa lalu yang telah terstruktur di dalam skema
berpikir. Di masa depan, hasil pembelajaran ini bisa berubah tergantung pada
motivasi, kemampuan, dan lingkungan yang dihadapi peserta didik.
Dari aprersepsi yang diberikan kepada
peserta didik diketahui bahwa pengetahuan awal para peserta didik kelas XII IPS
tergolong rendah, karena dari beberapa pertanyaan yang diberikan hanya sekitar
25 % peserta didik yang dapat merespon.
c. Gaya belajar peserta didik
Salah satu faktor utama yang menyebabkan perbedaan diantara
peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran adalah gaya belajar yang
mereka miliki. Peserta didik sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki keunikan masing-masing dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka
memiliki gaya belajar yang tersendiri yang membedakannya dengan peserta didik
lainnya. Minat dan bakat yang mereka miliki, pengalaman hidup yang mereka
dapatkan, hobi yang mereka gemari, merupakan beberapa faktor yang menyebabkan
perbedaan gaya belajar diantara mereka.
Secara
umum gaya belajar diartikan sebagai kombinasi dari bagaimana informasi diserap,
diatur serta diolah. Jadi, gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari
bagaimana ia menyerap suatu informasi, kemudian mengatur dan mengolah informasi
tersebut. (DePorter:2002)
Ada
3 jenis gaya belajar, yaitu :
·
Visual. Gaya belajar seperti
ini lebih mengutamakan kekuatan penglihatan (mata). Belajar melalui melihat
sesuatu. Orang dengan gaya belajar visual menyukai gambar, diagram,
pertunjukkan, peragaan, pemutaran film atau video sebagai media pembelajaran.
· Auditori. Gaya belajar Auditory lebih
mengutamakan kekuatan pendengaran (telinga) Belajar melalui mendengarkan
sesuatu. Orang dengan gaya belajar auditory lebih menyukai kaset audio, ceramah
perkuliahan, diskusi, debat dan instruksi dalam proses belajar mengajar.
· Kinestetik. Gaya belajar kinestetik lebih
mengutamakan keterlibatan aktivitas fisik secara langsung. Belajar melalui aktivitas
fisik. Media pembelajaran yang disukai antara lain bermain peran, kunjungan
wisata, lebih menyukai pelajaran praktek ketimbang teori.
Dari
beberapa gaya belajar di atas, maka gaya belajar peserta didik kelas XII IPS cenderung pada gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik, karena sebagian anak lebih menyukai gambar, video dan sebagiannya lagi ada yang lebih menyukai pelajaran praktek dari pada teori.
Untuk mata pelajaran ekonomi pada materi konsep, unsur dan prinsip manajemen gaya belajar peserta didik lebih cenderung pada gaya belajar visual.
2. AnalisisTujuan Pembelajaran
Tujuan adalah
tahapan ketika menentukan tujuan pembelajaran baik berdasarkan buku ataupun
kurikulum. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan
apakah yang sudah dipahami pesertadidik dari pembelajaran yang dijalankan.
Dalam rancangan pembelajaran ini tujuan pembelajaran adalah :
Standard Kompetensi
·
Memahami manajemen badan usaha dalam
perekonomian nasional
Kompetensi Dasar
·
Menjelaskan unsur-unsur manajemen
Indikator Pencapaian Kompetensi
·
Mendeskripsikan konsep manajemen
·
Mendeskripsikan unsur-unsur manajemen
·
Mendeskripsikan prinsip-prinsip manajemen
Tujuan
Pembelajaran
·
Peserta didik mampu medeskripsikan konsep
manajemen
·
Peserta didik mampu medeskripsikan unsur-unsur
manajemen
·
Peserta didik mampu medeskripsikan
prinsip-prinsip manajemen
3. Memilih Metode, Media dan Materi
Langkah berkutnya dalam analisa ASSURE adalah memilih metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran berhubungan dengan strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, secara seimbang dan menyeluruh, sehingga peserta didik menguasai komptensi yang hendak dicapai. Dalam pemilihan tekhnologi dan media yang akan digunakan harus memperhatikan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Apabila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri, dengan memperhitungkan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung. Setelah penetapan tekhnologi dan media pembelajaran, maka langkah berikutnya adalah membuat materi pembelajaran. Materi pembelajaran ini bisa kita buat sendiri, mengambil dari yang sudah ada, atau memadukan keduanya. Apapun pilhanya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Berdasarkan kriteria pemilihan media pembelajaran dan dihubungkan dengan analisis peserta didik serta kompetenti yang harus dicapai, penlis memilih metode diskusi informatif sebagai metode pembelajaran yang didukung dengan metode presentasi dengan menggunakan power point sebagai media pembelajaran. Pemilihan media ini didukung oleh ketersediaan sarana dan prasara untuk presentasi disekolah. Disamping itu juga penggunaan media power point ini memiliki kelebihan sebagai berikut:
a. Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik
animasi teks maupun animasi gambar atau foto.
b. Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji.
c. Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik.
d. Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan.
e. Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-uang
f. Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik. (CD / Disket / Flashdisk), sehingga paraktis untuk di bawa ke mana-mana.
Berdasarkan analisa model ASSURE diatas, dapat penulis dituangkan dalam RPP dibawah ini
Berdasarkan kriteria pemilihan media pembelajaran dan dihubungkan dengan analisis peserta didik serta kompetenti yang harus dicapai, penlis memilih metode diskusi informatif sebagai metode pembelajaran yang didukung dengan metode presentasi dengan menggunakan power point sebagai media pembelajaran. Pemilihan media ini didukung oleh ketersediaan sarana dan prasara untuk presentasi disekolah. Disamping itu juga penggunaan media power point ini memiliki kelebihan sebagai berikut:
a. Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik
animasi teks maupun animasi gambar atau foto.
b. Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji.
c. Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik.
d. Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan.
e. Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-uang
f. Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik. (CD / Disket / Flashdisk), sehingga paraktis untuk di bawa ke mana-mana.
Berdasarkan analisa model ASSURE diatas, dapat penulis dituangkan dalam RPP dibawah ini
BAB III
RENCANA PEMBELAJARAN
Nama
Sekolah : SMA Negeri 13
Kelas
/ Semester : X II/ Ganjil
Program : IPS
Mata
Pelajaran : Ekonomi
Alokasi
Waktu : 2 x 45 menit
Standard
Kompetensi
3.
Memahami manajemen badan usaha dalam perekonomian nasiona
Kompetensi
Dasar
3. 1 Menjelaskan
unsur-unsur manajemen
Indikator
Pencapaian Kompetensi
·
Mendeskripsikan konsep manajemen
·
Mendeskripsikan unsur-unsur manajemen
·
Mendeskripsikan prinsip-prinsip manajemen
I.
Tujuan
Pembelajaran
·
Peserta didik mampu medeskripsikan konsep
manajemen
·
Peserta didik mampu medeskripsikan unsur-unsur
manajemen
·
Peserta didik mampu medeskripsikan
prinsip-prinsip manajemen
II.
Materi Ajar
Unsur-Unsur
Manajemen
·
Konsep manajemen
·
Unsur-unsur
manajemen
·
Prinsip-prinsip manajemn
III.
Metode
/Model Pembelajaran
Diskusi informasi / Cooverative
Learning
IV.
Kegiatan
Pembelajaran
No
|
Kegiatan
Belajar
|
Waktu
|
Aspek Life Skill yang dikembangkan
|
1.
|
Pendahuluan
-
Mengucapkan salam, Berdoa, cek kehadiran, dan
perlengkapan belajar
-
Apersepsi dan
Motivasi
·
Menjelaskan kompetensi apa yang hendak dicapai
·
Memberikan pemahaman kepada siswa akan
pentingnya konsep, unsur-unsur manajemen dan prinsip-prinsip manajemen
|
5
|
Penghayatan
diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
|
2.
|
Kegiatan
inti :
·
Siswa melakukan diskusi informasi untuk memahami
materi dengan mengkaji sumber bahan.
·
Peserta didik dengan dipandu guru membuat
kesimpulan mengenai konsep, unsur-unsur manajemen dan prinsip-prinsip
manajemen
·
Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang belum dipahami.
·
Memberikan latihan kepada siswa mengenai konsep, unsur-unsur manajemen dan prinsip-prinsip manajemen
|
80
|
|
3.
|
Penutup
·
Evaluasi
·
Penenangan
|
5
|
V.
SUMBER, ALAT
DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1.
Sumber
·
·
Buku Paket Ekonomi Kelas XII. Penerbit
Yudistira.
·
Buku Paket Ekonomi Kelas XII, Penerbit Intan
Pariwara
·
Pengantar
Manajmen , Dr H.B, Siswanto, M.Si
·
Bahan Ajar
2.
Alat
·
Laptop
·
LCD
3.
Media
·
Power Point
Penilaian
Hasil Belajar
Pertemuan
1
Indikator
Penacapaian
|
Penilaian
|
||
Tekhnik
|
Bentuk Instrumen
|
Instrumen
|
|
Mendeskripsi
konsep manajemen
Mendeskripsikan
prinsip-prinsip manajemen
|
Tes
tertulis
Tes
tertulis
|
Uraian
Uraian
|
1.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan manajemen sebagai
suatu ilmu dan sebagai suatu seni
2.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan wewenang dan
kesatuan perintah dalam prinsip manajemen!
|
Kunci
Jawaban
1.
Manajemen sebagai suatu ilmu adalah sesuatu yang dapat
dipelajari secara sistematis tentang mengapa dan bagaimana orang per orang itu
bekerjasama dan mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
Manajemen sebagai suatu seni adalah seni mencapai
tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain
2.
Wewenang adalah
dalam memberikan perintah dalam suatu manajemen dilakukan oleh pihak yang berwenang, dalam
hal ini adalah atasan yang terkait
Kesatuan
perintah adalah dalam memberikan perintah dalam suatu manajemen akan dapat
dikerjakan dengan baik apabila dilakukan dengan satu perintah
Pedoman
Penskoran
No
|
Jawaban/Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
1.
Manajemen sebagai suatu ilmu adalah sesuatu yang
dapat dipelajari secara sistematis tentang mengapa dan bagaimana orang per
orang itu bekerjasama dan mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
Manajemen sebagai suatu seni adalah seni mencapai
tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain
2.
Wewenang
adalah dalam memberikan perintah dalam suatu manajemen dilakukan oleh pihak yang berwenang, dalam
hal ini adalah atasan yang terkait
Kesatuan perintah adalah dalam memberikan perintah dalam suatu
manajemen akan dapat dikerjakan dengan baik apabila dilakukan dengan satu
perintah
|
2
2
2
2
|
|
Nilai
= (jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 100
|
Pekanbaru,
Mei 2012
Neneng
Yuyu Rohana
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam penyusunan rancangan media pembelajaran, salah satu metode yang dapat dilaksanakan adalah dengan menggunakan pendekatan model ASSURE. Penggunaan medel ASSRE dimulai dengan analisa peserta didik, yang terdiri dari karakteristik umum , pengetahuan awal dan gaya belajar peserta didik. Kemudian dilanjutkan dengan analisa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, dan pemilihan metode, tekhnologi, media serta materi yang hendak digunakan.
Jenis media yang digunakan disesuaikan dengan tahapan analisis yang telah dilakukan, sehingga fungsi media sebagai alat untuk membantu memperlancar interaksi guru dan peserta didik dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien.
Apapun metode, tekhnologi, media dan materi pembelajaran yang digunakan, semua tergantung kepada kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik serta sarana dan prasarana yang mendukung disekolah sehingga proese pembelajaran berjalan dengan efektif dan effisien.
KESIMPULAN
Dalam penyusunan rancangan media pembelajaran, salah satu metode yang dapat dilaksanakan adalah dengan menggunakan pendekatan model ASSURE. Penggunaan medel ASSRE dimulai dengan analisa peserta didik, yang terdiri dari karakteristik umum , pengetahuan awal dan gaya belajar peserta didik. Kemudian dilanjutkan dengan analisa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, dan pemilihan metode, tekhnologi, media serta materi yang hendak digunakan.
Jenis media yang digunakan disesuaikan dengan tahapan analisis yang telah dilakukan, sehingga fungsi media sebagai alat untuk membantu memperlancar interaksi guru dan peserta didik dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien.
Apapun metode, tekhnologi, media dan materi pembelajaran yang digunakan, semua tergantung kepada kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik serta sarana dan prasarana yang mendukung disekolah sehingga proese pembelajaran berjalan dengan efektif dan effisien.
DAFTAR PUSTAKA
- Smaldino, Sharon E, Deborah L. Lowther & James D. Russell. (2008). Instructional Technology and Media for Learning 9th Ed. New Jersey:Pearson Merrill Prentice Hall
- Smaldino, Sharon E, Deborah L. Lowther & James D. Russell. (2008). Instructional Technology and Media for Learning 9th Ed. New Jersey:Pearson Merrill Prentice Hall
- Dr. Darmansah, ST. M.Pd, Pembelajaran Berbasis WEB, Teori dan Aplikasi, UNP 2010
- Dr H.B, Siswanto, M.Si, Pengantar Manajemen,Bumi Aksara, 2005,
- Panduan Pendidik Ekonomi Kelas XII, Penerbit Intan Pariwara,2010
- Internet
Langganan:
Postingan (Atom)